Seluk Beluk Hemodinamika~
Nah, berhubung juga lagi masa-masa ujian blok 1.2 niih. Aku ingin sharing materi lagi nih sekaligus juga buat menghafal kajian sebelum bertempur ^_^ Kali ini bahan yang akan aku share adalah "Hemodinamika"! Hmm, dari segi judulnya aja mungkin teman-teman juga tahu pengertiannya dari segi istilah ^_^
Hemodinamika itu berasal dari kata "heme" yang artinya darah dan "dinamika" adalah pergerakan. Jadi, hemodinamika adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses pergerakan darah berupa sirkulasi darah. Sirkulasi darah itu berhubungan dengan tekanan/pressure (P), tahanan/resistance (R), dan aliran darah/blood flow (F), yang mana nantinya darah akan mengalir dari daerah yang memiliki tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Nah, analogi dari hubungan antara P, F, dan R sama seperti rumus dari hukum Ohm, dimana :
Nah, aliran darah yang ada di sistem sirkulasi ini sama dengan tekanan perfusi efektif yang dibagi dengan tahanan. Tekanan perfusi efektif disini maksudnya adalah tekanan rata-rata intraluminal pada akhir arteri yang dikurangi dengan tekanan rata-rata di akhir vena.
Aliran darah dapat diukur dengan meng"cannulating" pembuluh darah, tetapi cara ini justru memiliki batas yang nyata untuk melakukannya. Tetapi, pada umumnya kecepatan darah dapat diukur dengan menggunakan Doppler Flow Meters. Nantinya, gelombang ultrasonik dikirim ke dalam pembuluh darah secara diagonal dan nantinya gelombang tersebut akan merefleksikan eritrosit dan leukosit yang dideteksi dengan sebuah sensor. Nah, frekuensi yang direfleksikan oleh gelombang akan lebih besar dari jumlah aliran terhadap sensor karena efek Doppler.
Selain itu, metode pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan menggunakan pleitismograf yang mana akan menggunakan volume organ tertutup, pleitismograf oklusi venous, dan prinsip fick.
Nah, aliran darah pada tubuh manusia itu terdiri atas 2 aliran yaitu aliran laminar dan aliran turbulen.
Aliran Laminar
Aliran darah yang terdapat pada pembuluh darah yang lurus, seperti aliran cairan yang berada di tabung yang sempit dan kaku biasanya bersifat laminar. Pada pembuluh darah, ketika sebuah lapisan darah bertemu dengan dinding pembuluh darah menjadi tidak bergerak. Namun, untuk lapisan berikutnya yang semakin ke medial akan bergerak dengan kecepatan yang kecil, semakin besar lagi kecepatannya di lapisan selanjutnya yang makin berada di pertengahan. Aliran laminar terjadi hingga kecepatan kritis.
Aliran Turbulen
Aliran yang terjadi di atas kecepatan kritis, maka aliran tersebut dikatakan turbulen. Aliran turbulen ini berhubungan dengan diameter dari pembuluh darah dan viskositas darah. Aliran darah dapat terhambat di abang arteri dan konstriksi arteri yang meningkat sehingga kecepatan darah meningkat sehingga menyebabkan turbulansi. Nah, kejadian ini pun kemudian dimasukkan ke dalam suatu rumus yang dinamakan angka Reynolds yang berbunyi :
dimana :
Re = bilangan Reynold, P (rho) adalah densitas darah, D adalah diameter pembuluh darah, dan η adalah viskositas darah.
Ada juga faktor yang mempertahankan volume aliran, yaitu :
- Gradient tekanan darah
- Resistensi aliran darah
- Viskositas darah
- Diamater pembuluh darah
- Kecepatan aliran darah
Nah, viskositas darah juga memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya selain hematokrit di antaranya, yaitu :
- Konsentrasi Plasma Darah dan Jenis-Jenis Plasma Darah
- Gejala Fahreus-Lindqvist, yaitu gejala yang mana aliran darah dari pembuluh darah yang kecil. Ketika gejala yang kecil, hal itu dikarenakan pengelompokkan eritrosit ketika melewati pembuluh darah tersebut.
- Kecepatan aliran darah, jika kecepatan darah di pembuluh darah kecil menjadi menurun, maka viskositas akan meningkat 10 kali lipat disebabkan oleh perlekatan antara eritrosit dengan yang lainnya sehingga membuat rouleaux/kelompok dengan sesama dan dengan dinding pembuluh darah. Ada metoda pemeriksaan yang dapat mendeteksi kecepatan aliran darah, yaitu flow meter, dan hemodromografi (perekaman aliran darah secara kontinu). Selain viskositas darah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah, yaitu curah jantung dan luas penampang pembuluh berbanding terbalik dengan luas penampang total. Pada jantung, kecepatan aliran darah lebih cepat pada saat fase sistolik dibandingkan dengan fase diastolik.
Darah juga memerlukan waktu untuk mengalir melewati sebagian atau seluruh sirkulasi. Nah, cara untuk mengukur waktu sirkulasi, yaitu :
- Histamin, yang mengalir dari vena lengan ke wajah sehingga memberikan dampak flushing pada wajah (bereaksi setelah 24 detik diberikan)
- Dehidrokolin, yang mengalir dari vena lengan ke lidah sehingga memberikan cita rasa pahit pada lidah (bereaksi setelah 11 detik diberikan)
- Eter/Aseton, yang mengalir dari vena lengan ke paru-paru dan berdampak pada pernapasan yang tercium aseton/eter (bereaksi setelah 5 detik diberikan)
- Natrium sianida dosis kecil, yang akan menimbulkan hiperpneu
- Fluoresen, yang mengalir dari vena lengan satu ke vena lengan lainnya (bereaksi setelah 22-28 detik diberikan)
Ternyata, waktu untuk sirkulasi ini juga ada yang mempengaruhi loh! Contohnya, saat waktu sirkulasinya dapat memanjang pada orang yang menderita miksedema (penurunan metabolisme), polisitemia, dan gagal jantung. Sedangkan waktu sirkulasi yang memendek dapat dilihat pada orang yang sedang berolahraga, orang-orang yang diberikan adrenalin, penderita anemia, hipertroidisme, dan penurunan tahapan tepi.
Materi ini diambil dari buku Ganong's Medical Physiology 24th Edition dan Kuliah Pengantar dari Bapak dr. Yaswir Yasrin, AIF
Comments
Post a Comment